SINGGAHNYA NAZI DI INDONESIA; SEBUAH SEJARAH YANG TERLUPAKAN
Oleh Aisyah R.W
Nazi ? di eropa aja kali ? mungkin begitu tanggapan dari sebagian kalangan umum maupun kaum pelajar yang mengomentari keberadaan Nazi. Namun hal tersebut dapat ditepis dengan adanya bukti-bukti sejarah yang menunjukkan keberadaan tentara Nazi Jerman di Nusantara. Beberapa contoh dari bukti-bukti peninggalan sejarah Nazi Jerman adalah makam serdadu angkatan laut di Kampung Arca Domas, Bogor, kerangka kapal selam yang tenggelam di sekitar perairan Indonesia, dan terbukti berasal dari kapal selamnya Nazi. Namun, keberadaan Nazi Jerman di Indonesia tidak diacuhkan bagi kalangan sejarawan dalam menulis sejarah perjuangan bangsa Indonesia, padahal Jerman secara tidak langsung membantu dengan meminjamkan mesin tik untuk naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia, nah lo !
Usut punya usut, ketika kita ingin menggali lebih dalam keberadaan Nazi di Nusantara, hendaklah kita membaca, membaca, dan membaca (tentunya bukan membaca Majalah Playboy, huh nggak lah yauw!) menganai hal-hal yang berhubungan dengan Nazi, walaupun sebenarnya dapat dikatakan sangat sedikit. Namun, jika ingin mengkaji lebih dalam lagi, kita boleh saja menanyakan kepada �Mbah� Herwig Zahorka (72), beliau adalah pengamat sejarah militer Jerman yang kebetulan tinggal di Bogor, dengan penjelasan beliau dapat memungkinkan untuk memberikan suatu keterangan yang pasti mengenai keberadaan Nazi Jerman, khususnya mengenai keberadaan Makam Arca Domas.
Ketika ditanya mengenai mengapa pasukan Jerman sampai mendarat ke bagian belahan dunia timur, tepatnya di Indonesia, Herwigpun mengungkapkan bahwa hal tersebut terkait dengan azas manfaat bagi tentara Jerman. Ketika berkecambuknya PD II, Jerman berada di pihak jepang dan Italia, saat itu Jerman membutuhkan barang-barang impor yang diperlukan di eropa seperti karet, kina, timah, molybdan, wolfram, lemak, madat, yodium, serta agar-agar. Kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dari pendapatan pulau yang diduduki Jepang, namun Asia Tenggara tengah diblokade oleh armada sekutu, sehingga Jerman terpaksa menggunakan kapal selam sebagai jalan efektif.
Lebih lanjut mengenai Jerman, dari U-Boat yang tenggelam di perairan Indonesia adalah U-168, U-537, U-183, U-859, UIT-23. U-168 pimpinan Komandan helmoth Dich pernah mengukir prestasi dalam menenggelamkan kapal dagang lawan total 6.568 GRT, satu kapal perang sekutu, dan merusak kapal lainnya. Kapal ini akhirnya tenggelam di Laut Jawa pada 6 oktober 1944, akibat torpedo kapal selam Belanda (23 awak tewas, 27 selamat). U-183 yang dikomandani Fritz Scheewind, meneggelamkan lima kapal lawan, tenggelam di Laut Jawa pada 23 april 1945 akibat torpedo kapal selam AS (54 awak tewas, seorang selamat dan sekarang tinggal di Padang sampai akhir hayatnya, karena ia lahir di sana pada 10 april 1917). U-859 pimpinan Johan Websen, tenggelamkan tiga kapal lawan total 20.853 GRT, namun tenggelam di Selat Malaka pada 23 september 1944 akibat torpedo kapal selam Inggris (47 awak tewas, 20 selamat), U-537 dari komandan Peter Schrewe tenggelam pada 27 juni 1943-9november 1944 di Laut Jawa bagian timur Surabaya akibat torpedo kapal selam AS, USS Flouder (seluruh 58 awak tewas). UIT-23 berasal dari kapal selam Italia (Reginaldo Giulani) tenggelam di Selat Malaka pada 10 sepetember 1943 yang dikomandani oleh Werner Strieglar, tenggelam karena torpedo kapal selam Inggris (26 tewas, 14 selamat)
Mengenai Makam Arca Domas, tepatnya di Kampung Arca Domas, Desa Sukaresmi, Kec. Megamendung, Kab. Bogor. Kita akan mendapatkan komplek pemakaman yang terletak di ujung jalan, anehnya tidak banyak warga setempat yang mengetahui keberadaan makam tersebut. Luas areal pemakaman berkisar antara 300 meter persegi yang dipenuhi oleh beberapa pohon kamboja, serta tanaman pagar setinggi satu meter. Makam tersebut terlihat terawat. Pagar bambu seolah menutupi pintu masuk serta tugu peringatan Deutscher Soldatenrfienhof yang dibangun Kedubes Rep. Federal Jerman di Jakarta tampak berdiri tegak. Makam tersebut bernisankan Komandan U-195 Friederich Steinfeld dan awak U-195, Dr. Heinz Haake. Willi Petschow, W. Martens, Wilhelm Jens dan seterusnya - yang berasal dari pelaut Jerman beserta tukang kayu kapalnya. Dua nisan terlihat terpisah, makam ini merupakan makam tentara yang tidak dikenal (unbekannt)
Menurut saksi sejarah dari warga Kampung Arca Domas, Abah Sa�ad (76 tahun), saat oktober 1945 beliau melihat sebuah prosesi pemakaman secara militer yang dilakukan oleh puluhan tentara Nazi Jerman, masyarakat tidak boleh mendekat, dari kejauhan empat peti jenazah terlihat diusung tentara Jerman serta sebuah kendi yang berisi abu jenazah. Awanya makam itu ditandai nisan salib biasa, dan lanjutnya makam tersebut direhabilitasi sebagaimana mestinya.
Mengenai peran Jerman dalam �mensukseskan� proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Herwigpun mengatakan bahwa ketika naskah proklamasi dirumuskan di rumah Laksamana Maeda, pengetikkan teks proklamasi hendak dilakukan di sana, namun mesin tik Jepang tidak mempunyai huruf latin, sehingga mereka melakukan peminjaman mesin tik di Kantor Komandan Angkatan Laut Jerman di Jakarta yang saat itu dipimpin oleh Mayor AL Dr. Kandeler. Mesin tik tersebut sekarang berada di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, namun lebih lanjut diungkapkan Zahorka, alur cerita dari perumusan naskan proklamasi terjadi banyak keganjilan.
Adanya Nazi, tentunya tidak terlepas dari sejarah, tidak dipunkiri bahwa sejarah bisa saja mempunyai keganjilan. Namun lebih lanjut lagi, apakah Nazi Jerman melakukan pendaratan ke Indonesia atas dasar azas manfaat yang terfokus kepada ekonomi saja ?, atau ???. ah� sepertinya masih perlu suatu penelaahan dan sumber-sumber yang dapat dipercaya dalam memecahkan suatu peristiwa yang pernah terjadi.
Wallahu a�lam bissawab
Arawati (043717)
Disarikan dari beberapa sumber 1